Pengalaman Interview Beasiswa Cargill Global Scholarship Program 2018

Hai semuanya!!! Akhirnya bisa post lagi setelah sekian purnama hehe.

Jadi di post sebelumnya, soal pengalaman seleksi berkas CGSP 2018, aku sudah cerita sedikit soal pengalamanku mendaftarkan beasiswa ini beserta dengan dramanya. Oke kali ini aku akan share pengalaman interview ku bersama kalian semua wahai scholarship hunter hehe, khususnya CGSP hunter karena pada jaman ku dulu masih sedikit susah untuk mencari friendly blog yang membahas soal seleksi beasiswa ini.

Kabar gembira jika kalian diundang interview, sekaligus deg-degan soal tahap ini, pasalnya mungkin bagi kebanyakan orang ini adalah interview pertama bagi mereka, apalagi jika diinterview oleh lebih dari satu orang dengan bahasa Inggris. Tapi tidak perlu cemas, dengan latihan dan mendalami aplikasi kalian, insyaAllah interview bisa lancar! Aamiin.

Gambar hanyalah ilustrasi 😄

Oke, jadi seleksi wawancara adalah seleksi terakhir dari program CGSP ini. Adapun lokasinya sepertinya setiap tahun akan diadakan di Jakarta, dengan total peserta 24 orang (jaman saya waktu itu). Peserta seleksi tidak perlu khawatir soal transportasi karena seluruh biaya dan pemesanan akan ditangani oleh Indonesian International Education Foundation (IIEF). Saat itu dari UB ada 4 peserta, dari situlah kita bertanya-tanya kepada penerima CGSP sebelumnya soal tips and trick interview Cargill. Cukup banyak hasil dari sharing yang kita lakukan bersama 2 awardee CGSP UB, seperti cara perkenalan, pengalaman, dan penyebutan SWOT diri. Alhasil, saya pribadi persiapan sesuai apa yang disharingkan oleh kedua kakak tersebut, membuat script lah istilahnya.

Esoknya, pesawat terbang dari Juanda Abdul Rahman Saleh menuju Bandara Halim membawa doa dan harapan. *asyik*. Sampai penginapan, sudah cukup malam karena macetnya Kota Jakarta. Setelah beres-beres dan membersihkan badan, saya buka lagi script yang sudah saya susun dan sedikit menghafal biar mulut saya ketika speaking lebih adaptif dengan bahasa Inggris. Hingga keesokan paginya, usahakan untuk bangun pagi biar lebih segar dan bisa beribadah lebih khusyu'. Kalau saya personal, momen interview bisa jadi mendebarkan, oleh karena itu usahakan pagi itu lebih baik digunakan untuk relaksasi saja karena seharusnya kita sudah berlatih di hari-hari sebelumnya. Jangan lupa sarapan untuk energi yang optimal. Waktu itu saya tiba di hotel lokasi wawancara diadakan, dari jadwal wawancara jam 10 saya dan satu teman dari UB  sudah tiba jam 8 pagi. Lokasi wawancara masih sangat sepi. Sehingga, saya masih bisa menyempatkan sekali lagi untuk gladi bersih wawancara.

Beberapa jam kemudian, beberapa peserta satu persatu sudah datang dan tiba dua orang tim dari IIEF dan dua panelis independen datang. Kebetulan, mahasiswa UB mendapat jatah urut wawancara di awal. Kala itu terdapat mahasiswa dari universitas lain seperti Unhas, dan Unila. Sembari menunggu giliran wawancara, saya juga sempat mengobrol dan berbincang dengan mereka. Satu per satu peserta yang sudah keluar dari ruang wawancara, muncul dengan ekspresi yang berbeda-beda. Ada yang lega, optimis, dan datar nampak pasrah atas apa yang sudah terjadi. Pasti kita bertanya-tanya soal apa yang ada di dalam, saya pun menanyai pengalaman wawancara mereka. Menurut mereka, interview ini tidak dapat diprediksi pertanyaannya bahkan membuat beberapa peserta harus berpikir secara spontan. Well, saya cukup sampai disitu saja tanya-tanyanya karena agar fokus dan inner peace saya tidak terpengaruh oleh orang lain.

Tibalah giliran saya, beberapa hal memang tidak terduga. Seperti yang awalnya saya kira tempat duduk peserta berhadapan persis dengan interviewer, ternyata memiliki jarak yang jauh sekitar 1,5 meter. Di ruang tersebut ada dua bapak-bapak di meja panjang interview dan satu pihak IIEF di sudut ruangan untuk mencatat jawaban-jawaban kita ke dokumen. Saya duduk, persiapan untuk script introduction yang saya miliki, namun ternyata satu bapak berkemeja batik dengan wajah galak sudah menyebut nama lengkap saya. "Moch. Alawy Syaiful Anam, what's your nick name?" Saya jawab, "Alawy, sir". Beliau menimpali, "Why not Syaiful?". Saya tetap menjawab Alawy karena memang nama panggilan sejak dulu seperti itu 😃. Dari sini, kelihatan lah ya bagaimana tipe interviewnya yang mengetes pondasi pendirian kita, dan tipe pertanyaan seperti ini akan dijumpai hingga akhir. Tidak seperti yang saya duga, nyatanya seluruh script saya mulai dari perkenalan, pengalaman, dan SWOT diri tidak ada yang keluar. Kebanyakan interview adalah seputar kepemimpinan, karakter pemimpin dari tokoh terkenal yang ada pada diri kita, pengalaman problem solving, motivasi untuk mendapatkan beasiswa, future dream about your career and Indonesia, dan beberapa pertanyaan yang tidak pernah diduga-duga hehe, saya tidak menyebutkan secara spesifik, namun kunci untuk pertanyaan yang tidak pernah kita duga adalah dengan mengenal diri sendiri, motivasi beasiswa, aspirasi masa depan dan rencana jangka panjang dengan sebaik-baiknya. Kalau kita sudah paham, se-mind blowing-nya pertanyaan yang akan kita temui, insyaAllah juga pasti bisa. Dari interview ini, tips buat teman-teman yang utama adalah jujur, karena setiap pertanyaan akan mengekor ke pertanyaan lain, sehingga ketika kita dihadapkan pada kondisi spontan, waktu terbatas, dan jawaban yang meyakinkan, diperlukan kejujuran agar tidak terlihat "mengarang" saat wawancara.

Jujur saya masih sedikit rasa kurang puas di akhir wawancara saat itu, karena ketika disuruh menyebutkan topik yang kebetulan bermuara ke pertanyaan, "memangnya ada orang yang jadi menteri tanpa melewati jalur politik?". Saya jawab menteri yang menurut saya backgroundnya pebisnis waktu itu, tapi menurut bapak pewawancara salah, bahkan menyuruh saya untuk browsing di Google 😩. Saya sendiri juga kurang yakin dengan menyebutkan nama menteri tersebut, saya coba mengingat-ngingat nama menteri lain, tapi pikiran saya sudah blank saat itu. Rasanya ingin nggeblak (Jawa) aja saat itu, dan ingin segera selesai ke pertanyaan lain. Namun ternyata wawancara sudah selesai, dengan durasi 15 menit saja. Saking blanknya, saya cuman mengucapkan salam penutup terhadap pewawancara, tanpa salaman. Ketika keluar, saya baru ingat padahal salaman adalah salah satu cara menyampaikan first impression terhadap interviewer 😟. Ah sudahlah, interview saya sudah selesai dan yang terpenting saya sudah melakukan yang terbaik. Kecemasan juga lebih tinggi karena beberapa peserta wawancara ada yang membutuhkan 20-30 menit durasi wawancara. Saya juga jadi ingat setelah sharing dengan dosen terkait nama menteri non politik, sebut saya Ibu Susi sebagai menteri perikanan dan kelautan. Yaa ampun, tidak teringat sama sekali padahal Ibu Susi termasuk menteri yang populer.

Akhirnya, saya beserta kenalan baru peserta wawancara dari UB lain pulang dan makan siang bersama. Di bawah naungan langit terik di Kota Jakarta, saya belajar beberapa hal untuk menghadapi interview:

1. Be prepared (secara dokumen maupun non material)
2. In time secara waktu membuat kita beradaptasi dengan lokasi dan suasana wawancara lebih baik.
3. Latih speaking bahasa Inggris sejak dini, meskipun CGSP masih membolehkan bahasa Indonesia jika terpaksa
4. Pahami betul aplikasi beasiswamu, motivasi, dan rencana ke depan agar bisa disampaikan secara logis dan sistematis
5. Perbanyak wawasan umum untuk mengantisipasi pertanyaan di luar topik beasiswa
6. Memiliki good attitude dan kontrol diri selama wawancara
7. Mendalami informasi dari institusi/ perusahaan pemberi beasiswa
8. Be confident and honest
9. Bersyukur, selalu berdoa dan mengharap Ridho Tuhan 😇

Alhamdulillah, lebih dari 1 bulan kabar yang diidam-idamkan telah tiba. Saya melihat ada kalimat "Congratulations" di badan email, dan menandakan bahwa saya diterima menjadi bagian dari CGSP Indonesia Cohort 6. Seperti itulah pengalaman wawancara dan scholarship hunter saya di masa sarjana, persiapkan dirimu dan menjadi terbuka terhadap segala kesempatan agar mendekatkanmu dengan pintu kesuksesan yang kamu impikan. Semangat!!!

Komentar

  1. Kak saya ingin tanya tanya lebih jauh tentang beasiswa cargill ini, boleh nggak kalo minta email atau sosmed yg bisa saya hubungi? Terima kasih kak sebelumnya atas ceritanya yang sangat bermanfaat ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai boleh banget, reach aja di instagram juga bisa...!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer