Trik Cantik Menulis Asyik

Trik Cantik Menulis Asyik! ^-^


      Sejujurnya, nggak ada masalah yang patut dikhawatirkan pada saat kamu menulis. Apalagi kalau kamu menulis atas kehendak sendiri. Wah, dijamin kamu sanggup nulis berlembarlembar dan berhalaman-halaman. Dan, ini adalah berita bagus.
Waktu nulis, saran terbaik adalah lupakan saja semua teori menulis yang pernah kamu baca. Sebab, menulis adalah kegiatan kreatif, yang akan menjadi garing plus kaku kalau diembel-embeli berbagai aturan. Tulis saja apa yang mau kamu tulis.
Carmel Bird, penulis buku Menulis dengan Emosi ; Panduan Empatik Mengarang Fiksi, menyarankan “Menulislah dengan perasaan. Apa saja yang kamu rasakan, tulislah. Kalau sudah tiba waktunya untuk mengedit, baru pakai pikiranmu.”
Dijamin kamu bakal terus mengalir kalau nulis dengan perasaan. Jangan pikirkan bagus nggaknya apa yang kamu tulis itu. Dan juga, nggak perlu risau dengan banyaknya salah ketik. Ini Cuma masalah keci yang semuanya bisa diperbaiki waktu mengedit atau merevisi tulisan.
Saran lain yang juga kamu harus ingat adalah jangan nulis sambil ngedit, sebab bisa menyebabkan tulisan kamu nggak siap-siap. Belum lagi paragraph pertama selesai, baca ulang, edit lagi, hapus lagi, tulis lagi, edit lagi, hapus lagi, tulis lagi, edit lagi, hapus lagi. Kapan selesainya?
Nulis, ya nulis saja sampai selesai. Jika semua yang mengganjal di hati kamu sudah dituliskan, saatnya untuk memaca ulang sambil memperbaiki kesalahan. Kamu bisa mengedit tulisan yang salah ketik, tanda baca kurang tepat, cerita yang muter-muter, logika kalimat yang bikin puyeng, dan sebagainya. So, pekerjaan menjadi lebih menarik dan asyik. Kamu juga nggak perlu nervous duluan pas mau nulis. Jadi nggak tulisannya? Akhirnya memang nggak jadi tuh tulisannya karena kamu sudah jantungan duluan. Atau, lebih sadisnya, sudah membunuh kalimat kamu sendiri sebelum menulis satu kalimat pun. Dan ini sama seperti aborsi! Iiih, kejam banget.
***

So, pembaca tersayang, berikut adalah hal-hal yang anda perlu siapkan (dan renungkan) sebelum mulai menulis...

1. Modal Seorang Penulis
Percayakah kamu bahwa modal seorang penulis itu cuma 26 huruf abjad, beberapa tanda baca, dan beberapa lembar kertas? Komputer, printer, telepon, faksimile, dan internet hanya sebagai alat tambahan. Dan, ini sungguh sangat terjangkau oleh siapa saja yang pengen jadi penulis. Sekarang sudah percaya,kan?


“Saya mencatat berbagai hal dalam lembaran-lembaran kertas dan menyimpannya di saku. Jika sudah banyak, jadilah saya punya sebuah buku.”,-John Lennon
***
2. Persiapan Lahir Batin
Aduh, seperti mau nikah saja pakai persiapan lahir batin. Apakah mau nulis saja sampai serumit itu? Eit, tunggu dulu. Maksud hati bukan seperti itu. Yang jelas, periapan lahir batin sebelum nulis itu penting banget, sama pentingnya dengan mencuci tangan sebelum makan.
Well, persiapan fisik yang kudu kamu lakukan sebelum menulis, pertama, mandi dulu biar badan segar, peredaran darah mengair lancar yang bisa bikin otak jadi encer. Sekaligus, mandi juga dapat dijadikan sarana hydrotherapy yang oke banget untuk merelaksasi saraf-saraf tubuh. Juga dapat melebarkan pembuluh darah yang dapat melancarkan aliran darah sehingga kebutuhan oksigen ke otak jadi tercukupi, selain itu proses metabolisme tubuh menjadi lebih baik.
Kedua, wudhu biar jadi tambah mantap. Usahakan kalau nggak sempat mandi, paling tidak wudhu saja. Seperti belajar, sebelum menulis kita dianjurkaan untuk wudhu terlebih dahulu. Sebab, wudlu juga bagus sebagai hydrotheraphy. Hal yang paling penting, usahakan perbuatan baik yang kita lakukan saat dalam keadaaan suci. Nabi saja setiap melakukan kebajikan sekecil apa pun, seperti dzikir (Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar), selalu dalam keadaan nggak batal wudhu. Apalgi kalau nulisnya diniatkan semata-mata karena Allah dan untuk kebaikan umat manusia. Duh, nggak dapat dibayangin betapa besar pahalanya.
Ketiga, melakukan peregangan. Siapa bilang peregangan cuma buat mereka yang mau olahraga saja? Nulis juga butuh peregangan lho. Biar otot-otot tubuh menjadi lebih siap. Utamanya, otot bisep dan trisep lengan, serta otot leher biar nanti nggak pegal-pegal.
Keempat, atur pernapasan. Duduk dengan punggung tegak, lipat tangan di atas meja. Lalu, tarik napas dalam-dalam, tahan sebentar, kemudian hembuskan perlahan. Ulangi lagi sampai 5 menit atau lebih, sapai kamu benar-benar merasa siap untuk menulis. Ini penting untuk memancing datangnya konsentrasi sekaligus mendatangkan supply oksigen ke otak. Trik ini nggak bakalan bikin kepala kamu sepanas bara api. Coba saja pegang kepala kamu waktu sedang menulis.
Persiapan batin juga nggak kalah penting. Persiapan ini berhubungan langsung dengan mental dan perasaan kamu. Sehingga pikiran bisa lebih terbuka. Otak yang bekerja enjoy tanpa tekanan akan memberikan hasil yang mengagumkan.
Persiapan batin yang dapat kamu lakukan, pertama, berdoa sebelum menulis. Doa adalah senjata utama bagi sseoarang muslim. Jangan lupakan ini. Minimal, baca basmallah. Lebih bagus lagi jika kamu berdoa agar diberi kelapangan dan kesanggupan selama menulis. Kalau kita sudah meminta kepada Allah, dijamin pasti akan dikabulkan. Karena memang janji Allah untuk mengabulkan setiap doa hamba-Nya. Sangat sayang banget kalau kamu sampai menyia-nyiakan kesempatan ini.
Kedua, membacalah al-qur’an biar hati adem dan pikiran terbuka. Bacaan al-qur’an sangat bagus untuk merangsang kerja otak. Minimal baca satu halaman, lebih banyak lebih bagus. Kalau memang nggak bisa atau lagi ada halangan, dengar kaset murattal slama 10-15 menit juga sangat membantu.
Ketiga, shalat dua rakaat, kalau sempat. Ini juga bisa jadi peregangan anggota tubuh, memaksimalkan aliran darah ke otak (waktu ruku’ dan sujud, terutama pada sujud sebaiknya selama mungkin, jangan buru-buru seperti ayam mematuk padi), dan melapangkan pikiran sehingga membuatmu jauh lebih berkonsentrasi.

3. Find the Ideas!!!
Pernah seorang calon penulis melontarkan pertanyaan seperti ini, : Kita mulai menulis berdasarkan ide yang muncul, atau menulis dulu baru mencari ide? Terus terang, pertanyaan ini sederhana, namun jawabannya tidak sesederhana pertanyaannya. Sekesan pertanyaan klasik ; Mana yang lebih dulu, ayam atau telur?
Berbagai macam situasi dan kondisi bisa membuat kita mulai (atau lancar) menulis. Ada penulis yang mulai menulis sesudah memikirkan ide nya terlebih dahulu, ada juga yang masang niat nulis dahulu baru mencari ide kira-kira apa yang akan ditulis. Sebetulnya, tidak masalah kita mulai dari mana, toh ide memang bisa datang kapan saja dan bukan berarti tidak bisa dicari.
Berikut beberapa cara mencari ide atau inspirasi :
 Pengalaman Pribadi
Kau punya pengalaman yang seru, lucu, menegangkan, atau sesuatu yang menarik dan tak bisa kau lupakan begitu saja? Kenapa tidak kau bagikan pengalaman itu kepada orang lain? Ide berupa pengalaman pribadi biasanya membuat alur cerita tercipta dengan lancar karena kau sendirilah pemeran dalam pengalaman itu. Mengangkat cerita bertemakan pengalaman pribadi bukan berarti kamu menceritakan semua pengalamanmu secara mendetail atau sama persis seperti yang kamu alami. Terkadang, ada beberapa bagian dari pengalaman yang tidak ingin kamu bagi kepada orang lain. Tidak masalah. Kamu bisa membuat semacam improvisasi adegan rekaanmu dengan pengalaman mu itu. Bahkan, kamu bisa membuat ending cerita versi kamu sendiri, yang sebenarnya sangat berbeda dengan yang sebenarnya terjadi. Dalam dunia penulisan, apa pun boleh kamu lakukan, karena penulis adalah “tuhan”.
 Pengalaman Orang Lain
Pernah merasa bete karena teman tak kunjung selesai menceritakan masalahnya kepadamu? Atau mungkin kamu merasa layaknya tong sampah, karena saking seringnya menampung curhat teman-temanmu? Kalau benar demikian, sebenarnya kamu sudah mempunyai modal untuk membuat cerita. Kamu bisa membuat cerita dari pengalaman seorang teman atau dari pengalaman beberapa orang yang digabungkan sehingga membentuk satu cerita utuh.
 Kejadian Sehari-hari
Apa yang kita lihat sehari-hari baik di rumah maupun di jalan, sebenarnya mengandung ide brillian jika kita berusaha mengeksplor nya—meskipun mungkin apa yang kita lihat itu tidak ada hubungannya dengan ide yang sedang kita butuhkan.
Contoh nyatanya ialah J.K. Rowling yang melihat sapi di padang dari dalam kereta api yag ditumpanginya. Naah, Si sapi itu membuatnya berpikir tentang seorang anak laki-laki dengan tanda kilat di dahinya. Rowling lalu mengolah ide itu menjadi seri laris Harry Potter yang mendapat penghargaan dan berbagai rekor di seluruh dunia.
 Referensi dari luar ( buku, film, Koran dan sebagainya)
Saat membaca fiksi maupun non iksi, atau saat sedang menonton film , terkadang kita terinspirasi untuk menulis ide serupa dengan buku atau film tadi. Tapi, bukan berarti kita menulis cerita yang SAMA PERSIS dengan buku yang kita baca, baik alur maupun tokoht-tokohnya. Terinspirasi TIDAK SAMA dengan menjiplak (plagiat). Mungkin kita bisa mengambil sampel sebuah tema cerita, sebagian tokohnya, atau bisa sebagian alur sebagai dasar untuk membangun cerita sendiri yang sangat berbeda dengan referensi kita.
Christopher Paolini, penulis tetralogi Inheritance (Eragon, Eldet, Brisinger, dan Inheritance) mengaku dia mulai mengarang karena merasa tidak puas dengan buku fiksi yang dibacanya. Tetapi di antara buku-buku yang dibacanya itu dia tetap punya penulis-penulis favorit seperti Phillip Phulman dan Ursula Le Guin.
 Imajinasi Sendiri
Tidak jarang sebuah ide cerita dapat melintas di benak kita—di mana pun dan kapan pun. Saat kita sedang duduk bersantai, atau sedang jalan-jalan di mal, muncul ide yang sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang kita kerjakan. Jangan biarkan ide itu berlalu begitu saja. Segera realisasikan ide itu atau minimal disimpan terlebih dahulu sampai kita punya kesempatan untuk mewujudkannya.
Penulis yang gemar sekali membawa buku “peti ide” ialah Vladimir Nabakov. Ia memiliki kartu indeks untuk menuliskan ide-ide nya. Dia menggunakannya untuk mengatur adegan, peristiwa, dan suasana karena kemudian dia akan menyusun semua komponen tadi sesuai dengan apa yang ia ingnkan. Dan ia juga mengaku, bahwa dengan hal ini ia bisa membangkitkan gairah menulisnya di saat lagi writer’s block sekalipun.
 Mimpi
Orang bilang mimpi adalah bunga tidur. Tapi bagi sebagian penulis, mmimpi bisa menjadi sumber inspirasi. Kadang kala saat tidur, apa yang terpikirkan dlam alam bawah sadar kita bisa muncul keluar, sesuatu yang tidak akan terjadi saat kita terjaga. Disini, yang perlu kita latih adalah menangkap mimpi itu menjadi ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan. Hal ini memerlukan latihan, sebab ada kalanya mimpi yang kita dapatkan hilang saat kita terbangun sehingga kita tidak bisa mengingat mimpi itu.
Nah, salah satu penulis terkenal yang menciptakan novelnya dari mimpi adalah Stephenie Meyer. Penulis empat novel superlaris ( Twilight, New Moon, Eclipse dan Breaking Dawn) ini mengaku mendapat mimpi dua remaja cowok-ceewek sedang berbaring di padang rumput, hanya saja si cowok adalah vampire. Asyik,ya? Untung mimpi itu langsung diolahnya menjadi novel, bukan dilupakan, sehingga dunia bisa mengenal Bella Swan dan Edward Cullen.
Setali tiga uang dengan Stephenie Meyer, penulis kisah-ksah horror yang novelnya banyak difilmkan, Stephen King, juga pernah mengambl ide dari mimpi. Suatu saat dalam penerbangan dari Amerika ke Inggris pada awal tahun 1980-an, King tidur dan memimpikan seorang penulis terkenal yang cedera dan berada di bawah belas kasihan penggemarnya yang gila. Mimpi di pesawat itu rupanya menghantui King sehingga dia tidak bisa tidur (mungkin juga karena dia kena jetlag). Di meja besar hotelnya di London, dia lantas mulai menuliskan kerangka novel Misery. Saat difilmkan, novel ini berhasil mendapat penghargaan Oscar untuk pemeran wanita.


“Ide seorang penulis adalah hal-hal yang menjadi kepeduliannya.”,-John Gardner, pakar pendidikan

***


Komentar

Postingan Populer