Day By Day : January on Sixteen- 16th.
By :Alawy Syaana
Waktu berlalu bagai desiran angin di hamparan pasir Sahara. Siang bergantikan malam, dan begitulah sebaliknya-terus menerus. Jarum jam berdetik sebegitu derasnya. Tak terasa di hati, bahwa semua ini tlah hinggap di ujung. Di penghujung Januari yang permai. Tepat saat memoar usia 16 tahun.
Banyak rasa yang tersirat dan tersurat pada bulan-awal masehi ini. Berceritera tentang semangat, lelah , dan dahaga akan aspek dunia.
Lambat laun tapi pasti, 'Dia' akan segera keluar dari hutan. Menyusuri jalan yang tak kan dikira-kira oleh setiap mata elang memandang. Dan seorang kembara, akan membangunkan istana elok di tempat pijaknya kelak.
Setiap kabar akan dirinya, menggema dalam volume hidupnya yang tlah dianggapnya bak pelangi-takdir perbedaan. Terima kasihnya teralun suci bagai alunan harpa di kahyangan, kepada seluruh penghuni hutan.
"Selamat,Nak" Ucap salah seorang Peri bersayap, terlihat kedua sayap yang digendongnya mulai menua dan rusak.
Dia hanya dapat membalas ucapan peri itu dengan pelukan dalam. Berharap, semoga irama detak jantung dan nafasnya mampu membayar kebaikan Si Peri. Dalam ketenggelamannya, di balik punggung lemah Si Peri. Butiran air bersama syukur beranak sungai hingga mengukir gurat-gurat kebahagiaan dalam atmosfer jiwanya.
Namun, Dia tak punya waktu banyak untuk disisakan bersama Si Peri kehidupannya.
Di tengah perjalanannya. Lamat-lamat mulazamah mengalun merdu dalam qalbunya. Pun juga, bayang-bayang siluet merdeka lekas beranjak menari dalam pandangannya.
Tak ada sesuatu selain berkah dari Sang Maha Lembut. Dijadikan-Nya malam berluruh bintang laksana permadani biru terhampar luas berhias potongan perak memenuhi, sebagai waktu baginya mengukuhkan akar jiwanya.
Di awal perjalanan itu, selang beberapa waktu. Terlihat Januari yang tergesa-gesa bergegas untuk pergi dengan lalu.
Januari berpesan pada pemuda itu:
"Bukannya kau telah menemukan beberapa dari kepingan jiwamu?"
"Benar." Jawabnya memantapkan.
"Lanjutkan langkahmu!" Pesan Januari berapi-api. "Hari demi hari. Kuharap hatimu selalu seperti sekarang."
Mendengar peringatan itu, Dia mendongak ke langit biru. Dirasakannya hangat sinar mentari menerpa raganya. Di saat itu pula, setetes air mata terjatuh dari matanya yang azure.[]
31 Januari 2014.
Komentar
Posting Komentar