Sepotong Cerita dari Kikkerland
Kegelisahan
sempat menggantung di udara. Tepatnya April tahun 2010, Indonesia ingin
menjalin kerjasama di bidang transportasi laut dengan Belanda untuk pembuatan
light fregat atau kapal perusak kawal Rudal (PKR) Sigma 10514 yang di idamkan
akan selesai pada tahun 2014. Namun, yang namanya kesepakatan terkadang tidak
dapat berjalan mulus layaknya air mengalir. Pun Indonesia, dalam mendapatkan
tanda tangan kesepakatan dari Belanda harus melewati langkah alot dan jalan
berliku. Light fregat yang akan di bangun memiliki beberapa kemampuan seperti peperangan anti udara, peperangan anti kapal
selam, peperangan
anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal.
Namun, rupanya perjanjian tersebut tak kunjung di tindak lanjuti.
Lantaran hingga tahun 2012, light fregma yang pernah di janjikan ini tidak juga
di bangun di PT PAL Surabaya. Dalam hal ini, Indonesia juga senantiasa menagih
niat baik Belanda, dikarenakan Light Fregat ini telah masuk ke dalam buku biru
Dephan dan TNI yang harus segera di realisasikan. Hingga, kejadian ini membuat
Kementrian Pertahanan dan Mabes TNI berhasrat untuk bertemu dengan duta besar Belanda di Indonesia—Tjeerd F. De Zwaan.
“Ya, kami
meminta dukungan Belanda untuk lebih konsisten dalam supervisi pembangunan
kapal tersebut, karena ada beberapa hal yang tidak bisa dikerjakan PT PAL,”
ujar juru bicara TNI Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul.
Terlepas dari itu semua. Kita
tentu telah mengenal Belanda sebagai bangsa yang menundukkan Indonesia selama
350 tahun. Sebagai penjajah, negeri kikkerland ini tidak hanya memeras
keringat warga peribumi saja, melainkan turut menelurkan pemikiran beserta gagasan
yang juga merupakan pondasi Negara kita untuk berkembang sebagai tanah merdeka.
Sehingga, tidak heran jika benih-benih inovasi yang ada di negeri tercinta ini—memiliki
keterkaitan dengan negeri kikkerland.
Kikkerland—negeri
kodok—adalah julukan untuk negeri Belanda. Banyak versi yang menjelaskan asal
mula julukan ini, salah satunya adalah karena Belanda Negara penuh air dan
sering hujan, jadi penduduknya di ibaratkan bagai kodok yang hidup di dua
tempat, di darat dan di air.
Membicarakan tentang
kodok, si hewan amphibi. Boleh jadi kita akan teringat kembali tentang penemuan
paling mutakhir bidang transportasi yang di pelopori oleh Belanda, yakni Kapal
Selam.
Adalah Cornelis Drebbel Jacobszoon seorang ilmuwan
Belanda pembuat navigasi kapal selam pertama pada tahun 1620. Drebbel adalah
seorang inovator yang berkontribusi terhadap perkembangan pengukuran serta
sistem kontrol, optik dan kimia. Berbekal desain sketsa dari Leonardo Da Vinci
dan William Bourne, Drebbel mencoba merealisasikan wujud kapal selam dengan
menggunakan prinsip bahwa kapal akan tenggelam jika tangki diisi oleh air. Jika ingin menaikkan
kapal ke permukaan, tanki air akan dikosongkan terlebih dahulu. Untuk dapat
bergerak, Drebbel mengaplikasikan hukum Archimedes yakni dengan cara menggunakan dayung. “Jika suatu benda
dicelupkan ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan
keatas yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda
tersebut”. –Archimedes (287 SM – 212 SM) tekanan dari dayung itulah yang
memungkinkan kapal selam Drabbel bisa bergerak dari Westminster ke Greenwich
Kapal selam itu merupakan yang tertua di dunia. Sebab
hanya kulit binatang dan rangka kayulah yang membentuk lekuk bentuk kapalnya.
Selain itu, Drebell juga menambahkan bahan waterproof pada alas kapalnya.
Penambahan tabung juga di lakukan untuk mengatasi kebutuhan akan oksigen.
Sungai Thames yang mengular di London, menjadi saksi bagaimana kapal selam itu
di uji cobakan untuk pertama kalinya. Dalam momen perdana tersebut, Drebbel berhasil mengajak raja James I untuk melakukan perjalanan di
bawah air. Dengan mengajak 12 awak kapal, Drebbel berhasil membuktikan bahwa
kapal selam buatannya bisa dijalankan. Di percobaannya itu, kapal selam
buatannya berhasil menyelam selama 3 jam lebih di kedalaman 12-15 kaki atau 4-5
meter.
Inovasi
Belanda selalu menjadi kiblat yang patut di contoh Negara lain. Kini, kapal
selam versi Drebell terus di kembangkan hingga lahirlah berbagai macam kapal
selam dengan teknologi canggih di dunia. Sebut saja Bathyspher, merupakan kapal
selam tanpa mesin. Juga tak mau ketinggalan, The Royal Netherlands Navy (TRNN) bahkan mempunyai kapal selam non nuklir
termutakhir di dunia. Atau, kapal selam Odissey Bali yang diorientasikan
sebagai wahana pariwisata.
Jika
kita ulang kembali catatan sejarah Indonesia, awal mula penciptaan kapal selam
di Indonesia pun juga terilhami dari Belanda. Berawal dari penjajahan yang identik
dengan perang, pada saat itu pemuda bernama D. Ginagan terpikir untuk menambah
kekuatan persenjataan di Indonesia. .
Pengetahuannya dalam bidang maritim mulai diasah tahun 1937 ketika mengikuti
pendidikan kepelautan di Gemeentelijke Zeevaartschool, Den Helder, Belanda,
selama 3 tahun. Setelah lulus kemudian melanjutkan belajar di jurusan mesin di
Groningen, Belanda, selama 2 tahun. Setelah selesai bersekolah D. Ginagan bekerja
di perusahaan perkapalan milik Belanda sebagai Stuurman.
Aktif
mendukung perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah membuatnya harus
hengkang dari Belanda pada Desember 1946. Rapopo. Sekembalinya dari Belanda, D.
Ginagan bekerja untuk Kementerian Pertahanan Bagian Angkatan Laut sebagai
pegawai sipil, sesuai dengan kapasitasnya sebagai pelaut dan teknisi lulusan
Belanda.
Jadi, seperti itulah kehebatan orang Belanda di dalam
hal inovasi yang mana kreativitas tangannya dapat memberikan sumbang manfaat bagi
dunia. Termasuk penciptaan si siluman laut—kapal selam.
Berbicara mengenai Kikkerland memang
tidak akan ada habisnya. Hingga kini, Belanda terus saja menembus batas
keterbatasan yang di miliki manusia. Memang benar kata pepatah, butuh hal-hal mendesak
untuk menjadikan diri kita berkembang.
Di timpa banjr dahsyat berkali-kali.
Membuat Belanda tak mau takluk terhadap air. Kini, mereka menciptakan segala
sesuatu yang mengapung. Sesuai label yang di tujukan kepada mereka, kikkerland.
Mulai dari rumah apung yang saat ini sedang trend di Belanda, desa terapung Giethoorn,
kota terapung Naarden, bahkan ada apartemen terapung pertama di dunia yang
bernama The Citadel. The Citadel di rencanakan sebagai bagian dari New Water
di Naaldwijk di Belanda. Terdiri atas 60 apartemen yang semuanya mengapung
pada kedalaman enam meter di air. Rancangan istimewa itu, di dedikasikan untuk
pengembang ONW/BNG GO. Teknik penanaman beton mengambang dalam air juga akan di
lakukan sekaligus sebagai tempat parkir mobil. Secara teknis, apartemen akan di
bangun dengan memanfaatkan 180 elemen modular, yang akan terhubung pada dermaga
kering sementara elemen-elemen tersebut akan kebanjiran ketika pembangunan apartemen
selesai. Selanjutnya, kompleks ini akan terhubung ke daratan oleh jembatan
terapung. Salut, sungguh luar biasa inovasi dari Koen Olthuis dan Water Studio
ini!
Air memang unsur yang
abadi melekat pada image Belanda. Dengan kreativitas, mereka dapat menyulap
segala sesuatu menjadi inovasi tanpa batas yang mengagumkan.
#Holland Writing Competition 2015
Komentar
Posting Komentar